top of page

Ketekunan Dalam Berdoa

  • Writer: GRW
    GRW
  • Sep 16, 2019
  • 2 min read

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12)

ree

Kita sudah belajar mengenai doa dalam pertemuan Panen beberapa waktu lalu. Lalu, apakah ketekunan itu?


Pertama, perlu diingat bahwa doa adalah kebutuhan utama dalam kehidupan rohani umat Kristiani. Berbagai macam dan cara berdoa dapat kita lakukan untuk memenuhi hidup kita. Namun, dalam melakukannya, tak jarang kita merasakan jatuh bangun dalam berdoa. Dibutuhkan ketekunan untuk bisa terus berjuang dalam berdoa.


Ketekunan adalah kunci keberhasilan para Kudus. St. Jose Maria Escreva pernah berkata, “Memulai adalah bagi setiap orang, tekun sampai akhir adalah bagi para orang Kudus.” Ada 2 sikap yang diperlukan dan harus dimiliki setiap orang dalam mencapai ketekunan.


1. Ketekunan berarti taat.


Taat dapat diartikan sebagaimana kita melakukan tugas ataupun amanat yang sudah diberikan kepada kita. Contoh dari ketaatan dapat dilihat dari sikap St. Petrus dalam Injil hari Jumat kemarin, dimana ia menjawab Yesus dan tetap mengerjakan apa yang diperintahkanNya sebelum Yesus mengajaknya untuk menjadi penjala Manusia (Luk 5:5). Taat menjalankan sesuatu kadang kali sulit untuk dilakukan, karena kita masih sering kali sombong dan lebih mementingkan keinginan/kehendak duniawi.Saat kita taat, kita juga berlatih untuk melawan keinginan daging kita dan tetap mengerjakan apa yang dikehendaki Tuhan.


2. Ketekunan berarti setia.


Seseorang yang ingin bertekun sampai akhir, harus memiliki sikap ini. Setia berarti kita terus menjalani komitmen kita secara terus menerus dan tak jarang dengan pengorbanan. Dalam menjalankan komitmen kita, tak jarang kita menghadapi jatuh bangun. Hal itu wajar. Jika kita mau untuk setia akan cinta kita terhadap komitmen kita, pada konteks ini adalah doa serta komitmen kita kepada Tuhan, maka kita harus bisa bangkit dan terus setia menjalankannya, selayaknya Yesus dalam perjuanganNya memanggul salib.


Dapat disimpulkan bahwa kita terlebih dahulu taat, melakukan hal yang dikehendaki Tuhan sesuai yang difirmankanNya. Tahapan berikutnya adalah setia, dimana kita terus menjalankan tugas dan doa kita, meskipun kita jatuh bangun dalam melaksanakannya.

Dengan sifat taat dan setia, kita dapat menjaga cinta dan semangat rohani kita dalam ziarah kita di dunia ini. Tanpa cinta kita kepada Tuhan, kita tidak mungkin tahan dalam goyangan serta godaan duniawi yang kita hadapi dalam hidup ini!


Ingatlah pula, bahwa doa adalah kebutuhan dari hidup kita. Tanpa doa, kehidupan rohani kita akan menjadi lemah, selayaknya tubuh yang tidak diberi makanan, dan akhirnya akan mati dan tidak bertumbuh. Dengan tekun berdoa, kita akan menjadi semakin kuat, semakin mampu untuk mengikuti kehendak Allah, memperoleh damai sukacita (oleh karena pengharapan akan Allah), serta menjadi peneguhan bagi orang lain.


Marilah kita bertekun dalam doa! Apakah saya sudah bertekun dalam doa?



Sumber:

1. n.p. “Ketekunan.” Vacare Deo, 1 Sept. 2019. Web

2. Supranto, Felix. “Tekun Berdoa.” Katolisitas.org, 19 Dec. 2018, http://www.katolisitas.org/tekun-berdoa/.

 
 
 

Comments


© 2019 Panen Inspiratio

bottom of page