Ada Banyak Anggota, Tetapi Hanya Satu Tubuh
- GAW
- Jun 17, 2019
- 5 min read

Pernahkah kita memperhatikan orang-orang di sekeliling? Ada orang yang rapi, ada yang ramah, ada yang pemarah, ada juga yang sungkanan, dan lain sebagainya. Pernahkah kita berpikir mengapa orang-orang tidak bisa sepemikiran dengan kita? Mengapa sulit sekali bagi orang lain untuk memaafkan? Atau mengapa sulit sekali bagi orang lain untuk menahan diri untuk tidak marah? Atau mengapa sulit sekali bagi orang lain untuk memimpin?
Secara psikologis, pertanyaan-pertanyaan di atas timbul akibat perbedaan kepribadian manusia. Seperti lirik lagu “Kita Bhinneka, Kita Indonesia”, “Tuhan menciptakan kita unik dan berbeda-beda” maka tidak heran bahwa ada berbagai macam sifat-sifat manusia. Dalam kesempatan ini kita akan mengulik lebih dalam mengenai 4 tipe kepribadian manusia.
I. SANGUIN
Karakteristik utama: populer, suka bersosialisasi, suka bicara, spontan, optimis.
Orang-orang bertipe sanguin cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya selalu ceria seperti hidup dalam dunia penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu. Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir ‘pendek’, dan hidupnya serba tidak beratur. Jika suatu kali kita lihat meja kerja teman kita cenderung berantakan, bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji, apalagi membuat rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat tinggi ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tetapi bisa jadi, beberapa hari kemudian ia tak melakukan apa-apa.
Tokoh religius yang sanguin: Santo Petrus
Ingat kisah Yesus berjalan di atas air? Petrus dan beberapa murid lainnya sedang berada di dalam perahu ketika ia melihat Yesus yang berdiri di atas air. Lalu secara spontan Petrus menjawab panggilan Yesus untuk datang kepadaNya.
II. KOLERIS
Karakteristik utama: aktif, percaya diri, kuat, tegas, dominan, cenderung mengatur.
Natural-born leader, ia suka sekali mengatur dan mendelegasikan tugas kepada orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa ia minta untuk melakukan sesuatu. Akibat sifatnya yang ‘bossy’, banyak orang yang sungkan bertemanan dengan orang koleris. Namun apa jadinya bila tidak ada orang koleris? Dunia ini akan kekurangan pemimpin! Bisa jadi tidak ada peraturan yang tegas karena tidak ada yang dapat memimpin. Orang koleris juga senang dengan tantangan dan petualangan. Ia cenderung untuk berpikir bahwa ia adalah orang yang tepat untuk bisa menyelesaikan segalanya dan kurang percaya atas kemampuan orang lain. Karena itu ia sangat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat, dan tangkas dalam mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang koleris tidak akan takut untuk naik tebing, memanjat pohon, bertarung, ataupun memimpin peperangan, apapun gendernya. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi”, maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, serta tak mudah pula mengalah.
Tokoh religius yang koleris: Santo Paulus
Paulus adalah seorang yang pekerja keras, ia sangat percaya pada dirinya sendiri. Ketika ia masih menjadi penganiaya orang Kristen, ia melakukannya dengan percaya diri. Ketika Yesus memanggilnya untuk dipakai menjadi pewarta kerajaan Allah, ia juga melakukannya dengan mantap. Ini bukti bahwa ia adalah pemimpin sejati.
III. MELANKOLIS
Karakteristik utama: pemikir, evaluatif, analitis, sensitif, perfeksionis, berhati-hati, cermat, teliti
Orang bertipe melankolis agak bertolak belakang dengan sanguinis. Seorang melankolis cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka, dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara, apa yang ia katakan pasti betul-betul hasil yang pikiran yang mendalam. Orang melankolis selalu ingin serba sempurna dan ingin teratur. Jangan coba-coba mengubah isi lemari yang telah ia susun, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu, ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan kesal kalau susunan itu tiba-tiba berubah.
Tokoh religius yang melankolis: Bunda Maria
Lihatlah Bunda Maria yang penuh perhatian ketika perkawinan di Kana. Ia dengan cermat melihat bahwa anggur untuk tamu akan habis sehingga apa yang ia lakukan berikutnya bahkan menjadi mukjizat pertama yang dilakukan Yesus, yaitu mengubah air menjadi anggur.
IV. PLEGMATIS
Karakteristik utama: santai, pecinta damai, pesimis, efisien, sabar, pasrah
Seorang plegmatis tidak suka dengan konflik, karena itu ia selalu mau melakukan apa pun yang diminta, meskipun ia tidak suka. Baginya kedamaian adalah segalanya. Jika timbul masalah, ia akan berusaha mencari solusi yang tidak menimbulkan pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya segera selesai. Kaum plegmatis umumnya tidak berapi-api, kurang teratur, dan serba dingin, cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau kita lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang plegmatis. Sedangkan yang bicara, tentu saja sanguinis.
Tokoh religius yang plegmatis : Bunda Teresa
Bunda Teresa merupakan contoh riil sebagai seorang plegmatis. Ketika ia sedang melaksanakan karyanya dengan merawat orang sakit, ia banyak mendapat perlawanan dari orang-orang yang tidak senang. Namun itu tidak menghentikannya, bahkan ia tidak membenci orang-orang itu. Ini bukti Bunda Teresa sebagai seorang pecinta damai.
PERLU DIINGAT: Pembagian kepribadian ini tidaklah mutlak, artinya tidak mungkin seorang hanya berkepribadian plegmatis, tanpa ada unsur sanguin, koleris, ataupun melankolis. Begitu juga dengan tipe lainnya. Masing-masing manusia pasti memiliki persentase kepribadiannya.
Mengapa Tuhan Yesus menciptakan kita berbeda-beda? Tentu saja jawabannya: agar kita saling melengkapi. Coba bayangkan dalam organisasi gereja diisi oleh semua orang yang bertipe sanguin saja. Tentu acara-acara akan kreatif, hidup, dan seru, akan tetapi belum tentu akan rapi, teratur. Begitu juga apabila organisasi gereja diisi oleh orang plegmatis saja, maka tidak ada yang mengambil inisiatif kepemimpinan.
Ada berbagai jenis kepribadian manusia supaya kita bisa menggunakan talenta yang telah Tuhan berikan untuk kita.
• Apabila kita suka bercerita, ceritakan hal-hal yang bisa menginspirasi orang lain.
• Apabila kita seorang yang pendiam – tawarkan telinga kita untuk mendengarkan sharing.
• Apabila kita seorang pemimpin – pimpinlah orang menuju kepada Tuhan.
• Apabila kita seorang yang teratur – gunakan keteraturanmu dalam hal mengorganisir komunitas Gereja.
Untuk direnungkan:
1Kor 12:14-20
Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.
Sumber: Personality Plus (oleh Florence Littauer)
Comments