top of page

Refleksi Pra-Paskah: Anda Puasa?

  • Writer: DV
    DV
  • Mar 5, 2020
  • 3 min read

Sebelum menyambut Hari Raya Paskah, kita memiliki 40 hari yang dimulai sejak Rabu Abu untuk menghayati dan mempersiapkan diri dalam menyambut kebangkitan Kristus tersebut. Dengan hadirnya masa pra-paskah ini, umat Kristiani menjalani beberapa tradisi seperti berpantang, berpuasa, dan mengaku dosa. Apakah kita sudah betul-betul mengerti arti dari tradisi-tradisi ini?


ree

Pantang & Puasa


"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." - Mat 6:16-18


Terkadang, kita melihat pantang & puasa hanya sebagai suatu tradisi yang penuh aturan dan wajib dijalankan, sehingga seringkali kita tidak memaknai maksud dari tradisi ini. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah merasa menderita akan puasa dan pantang yang kita jalankan. Bahkan, terkadang manusia bisa merasa dirinya lebih “suci” oleh karena “penderitaan” puasa dan pantang dengan “list pantang” yang begitu banyak. Padahal, Tuhan tidak butuh penderitaan kita. Tidak, bukan itu tujuan pantang & puasa! Tuhan menginginkan kita, dalam pengorbanan pantang & puasa, untuk menjadi pribadi yang lebih berkenan di mata-Nya.


Pantang & puasa yang diinginkan Tuhan bukanlah pantang & puasa yang mengenal kata “BATAL” dan “HUKUMAN” dalam bentuk apa pun. Tuhan tidak akan menghukum manusia yang puasa atau pantangnya batal. Jadi, apabila kita menjalani puasa dan ternyata gagal, bukan berarti kita harus menyerah dan berhenti berpuasa; melainkan, kita harus fokuskan niat kita untuk mengendalikan diri dalam menahan nafsu duniawi (mati raga), dan melanjutkan puasa untuk menumbuhkan iman kita.


Sakramen Tobat


"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." - 1 Yoh 1:9

Ketika masa adven dan pra-paskah tiba, terkadang kita mendengar pertanyaan, “Eh, udah ngaku dosa belom?”. Tentu yang dimaksud adalah sakramen tobat, atau yang sering disebut juga dengan sakramen pengakuan dosa. Yang menarik dari hal ini adalah bahwa nama sakramen ini bisa menghasilkan persepsi yang berbeda terhadap makna sakramen tersebut sendiri.


Menurut Keuskupan Agung Jakarta, ada 5 langkah pertobatan seseorang:

  1. Menyadari dan mengakui dosa

  2. Menyesali dosa

  3. Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi

  4. Mohon ampun

  5. Mau menghidupi cara hidup yang baru


Sama halnya dengan hal pantang & puasa yang tidak dimaknai, manusia terkadang pergi ke gereja, mengaku dosa, namun tidak betul-betul ber-tobat. Dalam menyebut istilah mengaku dosa, yang sebetulnya kita lakukan hanya langkah nomor 1. Yang penting sudah mengaku dosa, menyampaikan rasa menyesal, penitensi sebentar, hati pun langsung terasa “plong”, namun kerap kali diulang kembali dosanya.

Padahal, yang harus kita renungkan adalah semua langkah di atas, yang tentunya membutuhkan niat dan usaha yang keras. Perlu kita ingat: jangan sampai setiap sakramen tobat, yang kita akui dosanya sama terus! Sakramen tobat adalah kesempatan buat kita untuk merubah hidup kita menjadi manusia yang baru, yang mencintai Tuhan sehingga kita mau merubah hati dan sikap hidup.

Retret Agung


Semua rangkaian tradisi pra-paskah yang kita jalani, merupakan bagian dari ”Retret Agung” untuk menyambut kebangkitan Yesus Kristus, dimana kita mengundurkan diri dari hal-hal duniawi, menghayati belas kasih Allah dengan pertobatan menjadi pribadi baru.


Retret sendiri mempunyai arti refleksi diri mundur ke belakang. Jika kita ingin melompat jauh, kita perlu mundur ke belakang terlebih dahulu, lalu berlari dan melompat, baru kita dapat mencapai jarak yang jauh.


ree

Buah-buah Retret Agung:


1. Merasakan Belas Kasih Allah

Dengan Retret Agung, diharapkan kita dapat membuka diri untuk merasakan kasih Allah dalam hidup kita, lebih menyadari dan refleksi diri terhadap perbuatan-perbuatan Allah dalam keseharian kita.


2. Bertobat

Dengan menyadari kasih Allah tersebut, kita semakin ingin bertobat dan mencintai Tuhan dengan benar. Kita semakin ingin hidup berkenan di hadapan Allah dengan cara memperbaiki pribadi kita, dari pribadi lama menjadi pribadi baru.


3. Bersyukur

Setelah merasakan belas kasih Allah yang begitu besar dalam hidup kita dan mengalami pengampunan-Nya, kita dapat semakin mudah untuk bersyukur setiap harinya. Tentunya dengan bersyukur kita lebih mudah merasa cukup dan lebih mudah untuk mendoakan orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan.


4. Menjadi Berkat

Teladan seperti Yesus Kristus yg memberikan tubuh-Nya secara total.

Setelah merasakan kasih Allah, kita bertobat, dan bersyukur, selanjutnya kita memiliki keinginan yang besar untuk memberkati orang lain agar mereka merasakan kemurahan Tuhan layaknya kita yang telah mengalami lebih dulu.

Mari bersama-sama kita menjalankan Retret Agung ini untuk menyambut kebangkitan Kristus yang tercermin dalam kebangkitan iman rohani kita dengan hati yang suci dan murni.


"Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil! - Markus 1:15

______________

Terinspirasi dari homili RD.FX. Suherman pada Rabu Abu, 26 Februari 2020 di Gereja Santo Thomas Rasul, Jakarta.

 
 
 

Comments


© 2019 Panen Inspiratio

bottom of page