top of page

Just Be You!

  • GAW
  • Feb 25, 2020
  • 3 min read

“Pergilah, kau diutus”, adalah kalimat yang diucapkan imam sebagai in persona Christi atau yang berperan sebagai Kristus di ujung perayaan ekaristi. Kalimat ini cenderung dinanti-nanti oleh kita yang menandakan misa telah selesai dan (akhirnya) kita bisa melanjutkan aktivitas yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Tapi apakah kita sungguh memahami makna dan mengimplementasikannya ke dalam kehidupan kita?


ree

“Diutus” adalah kata kuncinya. Diutus untuk apa? Ya diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Nah, bagaimana caranya? Apakah kita harus berkhotbah seperti Romo? Atau haruskah kita memimpin Pendalaman Alkitab? Atau jangan-jangan perlu pergi ke tempat umum lalu memperkenalkan Tuhan kepada orang yang berlalu-lalang?


Kebanyakan orang akan mencari seribu alasan untuk tidak melakukan itu, terutama orang-orang kalangan introvert. Mereka umumnya cenderung tidak nyaman dalam berinteraksi di hadapan orang banyak, lebih lagi apabila ada “misi khusus”. “Bagaimana aku bisa mewartakan Kerajaan Allah sedangkan untuk berbicara sepatah dua patah kata di depan umum saja aku sangat grogi?”, begitu pertanyaan yang sering muncul.


Teman-teman, introvert bukanlah alasan. Mewartakan Kerajaan Allah tidak harus yang muluk-muluk. Setidaknya ada tiga cara simpel yang bisa kita lakukan. Pertama, cobalah bercerita tentang kebaikan Tuhan. Dahulu, saya merupakan seseorang yang “risih” kalau ada orang bilang “Tuhan itu baik ya”, atau “Wah, pemandangannya indah sekali. God is great”. Namun demikian entah mengapa seiring berjalannya waktu, saya pun mulai menyadari bahwa Tuhan itu sungguh baik. Banyak hal-hal baik yang sebelumnya saya tidak sadari. Tapi ketika saya mulai sering mengucapkan “Tuhan itu baik” dalam pikiran ataupun ucapan saya, saya menjadi lebih mensyukuri semua hal baik yang terjadi. Dan bukan tidak mungkin teman-teman saya yang mendengar perkataan saya itu menjadi tersadarkan juga akan baiknya Tuhan. Dan pernyataan “Tuhan itu baik” ini ternyata sedikit banyak berperan secara tidak langsung dalam otak saya.


Cara simpel lainnya untuk mewartakan Kerajaan Allah bisa juga dengan mengajak seseorang untuk ikut suatu komunitas / pelayanan tertentu. Saya adalah orang yang aslinya introvert, maka secara naluriah saya cenderung enggan mempersuasi seseorang untuk ikut dalam komunitas / pelayanan tertentu. Singkat cerita, saya jatuh hati pada sebuah komunitas dan ingin orang lain pun turut merasakannya. Kebetulan pada saat itu ada sahabat saya yang belum bergabung. Saya pun mengajaknya bergabung. Tidak lama kemudian saya harus berpindah lokasi tinggal dan jarang mendengar kabar tentang sahabat saya ini. Puji Tuhan, terakhir mendengar kabar ternyata teman saya ini menjadi sedemikian aktif di komunitas itu dan bahkan menjadi ketua di berbagai bidang di gereja. Tuhan sungguh baik.


Apabila kedua cara tersebut masih sulit dilakukan teman-teman, masih ada alternatif lainnya. Fr. Mike Schmitz, seorang imam yang aktif di media sosial pernah membagikan cerita menarik dalam sebuah podcast. Fr. Mike bercerita bahwa ayahnya adalah seorang yang sangat mencintai Tuhan dan ingin mewartakan Kerajaan Allah kepada orang-orang di sekitarnya. Tetapi, selama 30 tahun terakhir (atau bahkan lebih), ayahnya tidak pernah berhasil untuk mengajak orang-orang untuk pergi ke perayaan ekaristi. Ayah Fr. Mike pun merasa tidak mampu membawa orang-orang mendekat kepada Tuhan. Tapi apa yang tidak ayahnya sadari adalah setiap minggu ia mengajak Fr. Mike kecil pergi ke gereja dan perlahan-lahan itu menumbuhkan kebanggaannya. Suatu ketika, Fr. Mike kecil ketika duduk di bangku gereja melihat ayahnya berdiri di depan untuk menjadi lektor, dan membacakan firman Tuhan. Ternyata pengalaman itu sangatlah kuat dan pada akhirnya menjadi salah satu faktor penting Fr. Mike mengapa ia memutuskan menjadi seorang imam.


Dari cerita Fr. Mike, kita bisa belajar bahwa untuk menjalankan tugas perutusan tidak perlu harus bawel, tetapi bisa juga melalui perbuatan kita sebagai seorang Katolik yang baik.


Moral dari ketiga cara mudah yang dapat kita lakukan untuk mewartakan Kerajaan Allah adalah, “just be you”. Tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Apabila kita orang dengan outgoing personality, maka gunakan itu untuk sering berbicara dengan orang-orang tentang kebaikan Tuhan. Apabila kita orang introvert, tidak perlu berpura-pura bahwa kita senang berbicara. Wartakan Kerajaan Allah dengan caramu sendiri.


“Sometimes, the greatest witness is a quiet one”


Terinspirasi dari : The Father Mike Schmitz Catholic Podcast, Episode 74 : Is Shyness Your Excuse ?

GAW

 
 
 

Comments


© 2019 Panen Inspiratio

bottom of page