Pertobatan Sejati
- Panen OMK Sathora
- Nov 25, 2019
- 2 min read
PERTOBATAN SEJATI
Minggu 24 November 2019 adalah minggu penutupan kalender liturgi dan yang juga tanda bahwa kita akan memasuki masa Adven. Masa Adven bukan saja masa persiapan hari raya Natal, dengan pohon natal, hiasan dan dekorasi, kado, atau acara makan-makan, melainkan kita juga perlu melakukan persiapan secara spiritual. Dalam hal ini adalah pertobatan, agar kita layak menerima kedatangan Yesus Kristus.

Pertobatan biasanya ditandai dengan pengakuan dosa (sakramen tobat), dimana umat mengakui dosa kepada Allah Bapa melalui perantaraan imam, dengan cara menyebutkan dosa-dosa yang telah dilakukan. Umat akan mendapatkan pengampunan dan penitensi sebagai denda dosa. Pertanyaannya bagi kita adalah, apakah pengakuan dosa ini hanya bentuk ritual yang kita lakukan karena kewajiban? Atau benar-benar menjadi tanda pertobatan yang sejati?
Kalau boleh kita refleksikan, berapakah di antara kita yang menyebutkan dosa-dosa yang sama setiap kali mengaku dosa? Atau berapakah di antara kita yang hanya menyebutkan dosa-dosa umum seperti: berbohong, marah, iri; namun dosa-dosa besar kita tutupi? Misalnya: pornografi, pelecehan manusia, atau bahkan kita melecehkan Tuhan?
Bacaan Injil hari Minggu ini (Luk 23:33-43), kita diajak untuk menemukan kunci Kerajaan Surga dalam sebuah pertobatan. Ada 2 penjahat yang disalbikan bersama Yesus, yang 1 menghujat Yesus, yang satu bertobat.
Kalau kita baca ayat 43, Yesus mengatakan kepada si penjahat yang bertobat bahwa, "hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus", apa ya kira-kira yang membuat Yesus mengatakan hal tersebut?
Apakah karena dia MEMINTA agar Yesus mengingat dia? Tentu saja bukan. Kunci dari pengampunan Yesus adalah ada pada ayat 41.
"Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
Kunci pertama pertobatan yang dipandang baik oleh Yesus adalah adanya KERENDAHAN HATI. Kerendahan hati untuk mengakui dan menerima akibat (hukuman) atas dosa. Tanpa kerendahan hati, kita tidak akan sampai pada pengakuan dan menerima bahwa diri kita bersalah dan layak atas hukuman. Tanpa kerendahan hati, kita tidak dapat menerima Tuhan sebagai sumber kasih dan pengampunan.
"Pertobatan yang sejati bukan soal mengetahui kelemahan kita, tapi justru mengetahui cinta kasih Yesus kepada kita." - RD. FX Suherman
Kunci pertobatan yang kedua adalah CINTA KASIH. Kalau manusia tidak merasakan cinta kasih Tuhan, manusia tidak akan dapat membalas kasih Tuhan. Tetapi sekali manusia merasakan cinta kasih Tuhan, dia pasti akan mampu untuk membalas cinta kasih Tuhan, salah satunya dalam bentuk pertobatan sejati, dimana manusia tidak mau melukai hati Tuhan dengan dosa.
Semoga dengan renungan ini, kita dapat mempersiapkan diri menyambut masa Adven, dimana kita semua semakin rendah hati agar sampai pada pertobatan yang sejati, yaitu merasakan cinta kasih Tuhan.
Kemuliaan bagi Allah Tritunggal 🙌🙇
Comments